Setelah miras merenggut nyawa temanku

Kunci motor dan miras, bukan pasangan yang tepat
Kemarin sebenarnya jadwal mudik ke Madiun, tapi karena satu dan lain hal akhirnya saya memilih ke Klaten. Di sana saya bertemu dengan Pak Bayan ketika jamaah isya sudah selesai, ngopi-ngopi sebentar di serambi rumahnya sinambi ngobrol ngalor ngidul mulai dari kelanjutan program warga asuh sampai harga pupuk subsidi, asyik sampai anak ceweknya minta dikelonin yang artinya saya harus pulang.
Setelah memandikan Jupiter MX merah yang sudah berbulan-bulan tidak bau sabun, akhirnya kami sekeluarga juga ngobrol ngalor ngidul mulai dari cerita sebelnya orang yang ditagih hutangnya sampai meninggalnya salah seorang teman SD saya dulu. Adalah ibu saya yang menyampaikan kabar berita tersebut kepada saya, beliau juga mendapat kabar dari tetangga.
Dikabarkan bahwa teman SD saya dulu yang bernama Agus Muludan, saya lupa nama lengkapnya, tadi siang dimakamkan setelah tiga hari tidak sadarkan diri karena mengalami kecelakaan sepeda motor. Katanya sepeda motor yang dia kendarai menghantam gapura masuk Desa Jurangjero. Yang memprihatinkan adalah pada saat kecelakaan terjadi, disinyalir Agus sedang dalam kondisi terpengaruh minuman keras, mungkin ciu minuman keras tradisional buatan Bekonang, yang entah karena apa, mudah didapat di beberapa warung area Kecamatan Karanganom.
Simbok pun tidak kalah penasarannya ketika bertanya, apa benar dia anak yang ugal-ugalan? Seingat saya sih anaknya memang eksentrik pas SD dulu, tapi sejak SMP kami jarang sekali bertemu. Memang sih pergaulan remaja menuju ABG di daerah kami sangat rawan dengan godaan miras ini, yang saya tahu awalnya mereka cuma ngumpul-ngumpul biasa, ngobrol, daripada nganggur akhirnya ada yang punya ide aneh “ACARA” demikian anak-anak muda sini menyebutnya. Semoga amal ibadahmu bisa menjadi pemberat timbangan kebaikanmu di akhirat nanti Gus.
Mungkin apa yang dilakukan oleh anak-anak muda di dukuh saya belakangan ini ada positifnya, bahkan sangat positif sekali, dengan meramaikan kembali pingpong atau tenis meja. Lik Tohari pemilik warung juga menuturkan, dulu sebelum ramai pingpong anak-anak yang sering nongkrong sampai larut malam kebanyakan negatifnya, tapi sekarang mereka lebih banyak pingpong membuang kalori mudanya. Dan saya pun teringat kembali perbincangan dengan Pak Bayan tentang bagaimana caranya supaya energi anak-anak muda ini terbuang di area positif, menginformasikan desa via web desa misalnya. Mari kita pikirkan bersama.
Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *