Akhirnya XL memasang proteksi “pencurian pulsa”

XL memasang proteksi pencurian pulsa
Good Job XL

Jika saya hitung mungkin sudah dua atau tiga kali pulsa XL saya terpalak secara paksa oleh provider konten. Kok paksa? Ya karena saya tidak berkeinginan untuk subscribe layanan SMS premium berupa info atau link dari provider konten yang biasa masang link iklan terselubung di situs-situs mobile. Sekali klik link berita misalnya, eh lha kok malah muncul notifikasi selamat bergabung bla..bla..bla.. dan beberapa detik kemudian masuklah sms dengan isi link download atau info tertentu dan tentu saja langsung nyunat pulsa, rata-rata seribuan.

layanan sms premium
SMS Layanan Premium
Untungnya sih, saya memakai nomor XL ini sebagai kartu langganan data internet, jadi pulsa tersisa tidak pernah lebih dari Rp 2.000,- jadinya sekali sunat sudah habis dah tuh pulsa. Tapi sebagai provider, XL memiliki Customer Service yang patut saya acungi jempol, beberapa kali mention @XLCare di twitter tentang tidak adanya proteksi pelanggan terhadap iklan-iklan terselubung semacam ini selalu cepat direspon, dan setelah dijelaskan kronologi penyunatan pulsa via DM, nomor langsung dibantu unsubscribe, walaupun pulsa tidak bisa balik, luar biasa untuk fast respon-nya.
Tidak hanya sampai di situ, keesokan harinya saya mendapat telepon dari XL, tujuannya adalah survey kepuasan pelanggan tentang layanan salah satu admin XLCare, ada lima pertanyaan kalau tidak salah ingat.
request confirmation
Proteksi: request confirmation
Dan tadi sore, saya membuka lagi link terselubung di hape saya ketika membuka manga favorit, One Piece, tapi ada yang lain, ada pilihan tombol setuju berlangganan konten. Kemajuan, setelah 2 hari lalu saya baca masalah CEO XL tentang iklan serobot milik XL sendiri, paling tidak ini bentuk proteksi kepada pelanggan yang patut diapresiasi, terima kasih XL sudah mendengar keluhan pelanggan-pelangganmu. Merdesa!

Revolusi Gaplek

Revolusi Gaplek
Kata “sapaan” yang merupakan metamorfosis dari telo ini pertama kali saya dengar dari kelompok anak magang yang berasal dari Malang, yang kebetulan menjadi junior magang semasa di KPP Klaten dulu. Kata unik yang saya anggap menunjukkan ungkapan rasa jengkel kepada seseorang, apapun sebab kejengkelan tersebut, yang pasti untuk pertamakalinya saya mendengar kata unik yang dibahasakan dengan logat Jawa Timuran yang khas, yang belakangan saya dengar juga di JTV Surabaya. Sama halnya “telo” yang kadang saya dengar jika mendapati teman menunjukkan kejengkelannya akan suatu hal.
Dan beberapa hari ini banyak saya temui di media sosial tentang bagaimana orang-orang menunjukkan ragam reaksi pro dan kontra akan sebuah kebijakan soal “telo” yang digagas oleh seorang menteri di Kabinet Kerja. PNS dianjurkan mengkonsumsi “telo” dan jajanan tradisional lain jika sedang rapat. Rapat pun tidak dianjurkan untuk diadakan di hotel. Undangan pernikahan tidak boleh melebihi 400 dengan harapan tamu tidak melebihi 1000 orang. Ada yang berpendapat, terlalu ecek-ecek urusan makan telo jika harus diurus pejabat selevel menteri, ada juga yang bilang urusan sekecil ini saja diurusin, bagaimana yang lebih besar?
Entah apa yang menjadi latar belakang kebijakan ini dikeluarkan dengan “telo” sebagai maskotnya. Jika melihat dari tema yang diusung, yakni Gerakan Hidup Sederhana, mungkin memang “telo” sudah mewakili pola hidup sederhana. Ya, hasil pertanian yang banyak ditanam di lahan-lahan kurang air ini biasanya hanya menjadi menu makanan pokok musim kemarau di daerah-daerah rawan kekeringan, Gunung Kidul atau Pacitan pelosok misalnya, tentunya setelah diolah menjadi “gaplek”.
Dan hari ini, saya dapati beberapa kawan membagi berita tentang sebuah kementerian yang mengeluarkan anjuran tidak rapat di hotel tetapi mengadakan pertemuan di ballroom mewah. Mungkin pegawai yang bertanggungjawab akan pertemuan tersebut bingung, jika undangan banyak tapi ruang rapat atau aula di kantor tidak mencukupi, sedangkan jika menyewa ruangan pertemuan di hotel tidak sesuai dengan kebijakan sang pimpinan, lalu keluarlah ide asal bukan hotel. Masuk akal sebenarnya, dan jika mendengar beberapa pendapat pegawai urusan rapat, bahwa tidak selamanya rapat di kantor sendiri itu lebih murah daripada di hotel.
Kebijakan tetaplah kebijakan, tidak ada yang salah karena tujuan awalnya memang baik. Tapi jika dalam pelaksanaanya ada hal yang bisa menyulitkan, adalah hal yang wajar jika kebijakan itu harus disesuaikan. Telo memang tidak bersalah tetapi sekarang terlanjur banyak orang yang menuduh telo itu sudah berevolusi menjadi gaplek, sehingga muncullah beberapa komentar muncul dengan nada sumbang “NGGAPLEKI”. Mungkin inilah yang disebut revolusi gaplek. Hidup gaplek!

Setelah miras merenggut nyawa temanku

Kunci motor dan miras, bukan pasangan yang tepat
Kemarin sebenarnya jadwal mudik ke Madiun, tapi karena satu dan lain hal akhirnya saya memilih ke Klaten. Di sana saya bertemu dengan Pak Bayan ketika jamaah isya sudah selesai, ngopi-ngopi sebentar di serambi rumahnya sinambi ngobrol ngalor ngidul mulai dari kelanjutan program warga asuh sampai harga pupuk subsidi, asyik sampai anak ceweknya minta dikelonin yang artinya saya harus pulang.
Setelah memandikan Jupiter MX merah yang sudah berbulan-bulan tidak bau sabun, akhirnya kami sekeluarga juga ngobrol ngalor ngidul mulai dari cerita sebelnya orang yang ditagih hutangnya sampai meninggalnya salah seorang teman SD saya dulu. Adalah ibu saya yang menyampaikan kabar berita tersebut kepada saya, beliau juga mendapat kabar dari tetangga.
Dikabarkan bahwa teman SD saya dulu yang bernama Agus Muludan, saya lupa nama lengkapnya, tadi siang dimakamkan setelah tiga hari tidak sadarkan diri karena mengalami kecelakaan sepeda motor. Katanya sepeda motor yang dia kendarai menghantam gapura masuk Desa Jurangjero. Yang memprihatinkan adalah pada saat kecelakaan terjadi, disinyalir Agus sedang dalam kondisi terpengaruh minuman keras, mungkin ciu minuman keras tradisional buatan Bekonang, yang entah karena apa, mudah didapat di beberapa warung area Kecamatan Karanganom.
Simbok pun tidak kalah penasarannya ketika bertanya, apa benar dia anak yang ugal-ugalan? Seingat saya sih anaknya memang eksentrik pas SD dulu, tapi sejak SMP kami jarang sekali bertemu. Memang sih pergaulan remaja menuju ABG di daerah kami sangat rawan dengan godaan miras ini, yang saya tahu awalnya mereka cuma ngumpul-ngumpul biasa, ngobrol, daripada nganggur akhirnya ada yang punya ide aneh “ACARA” demikian anak-anak muda sini menyebutnya. Semoga amal ibadahmu bisa menjadi pemberat timbangan kebaikanmu di akhirat nanti Gus.
Mungkin apa yang dilakukan oleh anak-anak muda di dukuh saya belakangan ini ada positifnya, bahkan sangat positif sekali, dengan meramaikan kembali pingpong atau tenis meja. Lik Tohari pemilik warung juga menuturkan, dulu sebelum ramai pingpong anak-anak yang sering nongkrong sampai larut malam kebanyakan negatifnya, tapi sekarang mereka lebih banyak pingpong membuang kalori mudanya. Dan saya pun teringat kembali perbincangan dengan Pak Bayan tentang bagaimana caranya supaya energi anak-anak muda ini terbuang di area positif, menginformasikan desa via web desa misalnya. Mari kita pikirkan bersama.

#BukanUrusanSaya

Trending Topic
Beberapa hari terakhir tagar #BukanUrusanSaya menjadi trending topic (TT) di media sosial terutama Twitter. Tagar yang menunjukkan sisi cuek, ra urusan, atau urusi saja urusanmu sendiri, urusan saya cuma ini dan ini. Ya, sebelum tagar ini menjadi TT, sudah nangkring 3 hari, kita mungkin menjumpai jenis orang seperti ini di sekitar kita. Teman yang hanya sibuk dengan pekerjaannya sendiri tanpa memperhatikan kesibukan lain, cuek. Atau orang yang tidak urusan dengan kesulitan orang lain misalnya. Atau bahkan muslim yang tidak peka terhadap nasib muslim yang lain? Di Palestina, Mesir, Uyghur dan dimanapun saudara seiman ini berada.
Jika sikap itu dimiliki seorang individu bukan siapa-siapa, tentu saja tidak akan sampai menjadi TT, bahkan 100 juta orang semacam ini pun mungkin tidak akan menjadi TT. Tapi bagaimana jika sikap itu ditunjukkan oleh orang yang memimpin 270 juta orang? Ya, kata Joker “Everybody loose their minds” dan seketika menjadi TT di Twitter.
Saya teringat dengan pesan khutbah pada suatu ketika, pesannya kurang lebih “pemimpin adalah cerminan siapa yang dipimpinnya”. Jadi, apakah tindakan pemimpin itu mencerminkan banyaknya orang di negeri ini yang sama-sama cueknya dengan sekitar? Mungkin saja, saya sendiri pun kadang melakukannya jika sudah merasakan panasnya jalanan aspal dan menjadi pemotor egois, walau pun tidak selalu.
Mungkin sebaiknya kita bercermin bagaimana diri kita, keluarga kita, teman-teman kita, lingkungan kita, sudahkah mereka kita ajak untuk saling peduli kepada sesama? Ya, biar waktu yang akan menjawabnya.