Banjir yang dirindukan

Banjir adalah pemandangan yang biasanya menjadi pemandangan setelah hujan reda, dan ini bukan banjir biasa, karena banjir cuma terjadi di kali kampung saja, tidak sampai meluap seperti di Jakarta sana. Kali yang dulunya menjadi tempat satu-satunya MCK di kampung kami, sebelum PDAM masuk, karena tidak ada sumur yang mengeluarkan air.
Kampung kami memang unik, terlebih mitos ketidakbolehannya membangun rumah dengan batu bata, selain itu boleh, seperti gedhek, batu kali, atau batako yang baru lazim digunakan sebagai tembok awal tahun 90-an silam. Dan sore itu sepulang dari masjid, kusempatkan mampir ke tempat mbah uyutnya anak-anak, kebetulan pula abis dikasih rambutan ace, rejeki. Kebetulan pula habis hujan, jadi iseng-iseng mampir ke kali di bawah makam, tepatnya pleret kami menyebutnya, karena terdengar suara air gembrujuk tanda sedang banjir, atau paling tidak airnya lagi deras. Hal yang lazim terjadi setelah hujan beberapa waktu.
Ternyata benar, walaupun kali ini tidak sebesar banjir yang kuingat dulu ketika masih kanak-kanak, setidaknya mengobati rasa kangen suasana gembrujuk itu. Dan tak lupa kurekam dengan kamera hape, sekedar berbagi dengan kawan-kawan dan sedulur perantauan di sebuah grup kampung, yah… biar mereka tahu kalau kali kampung kita masih seperti dulu, alami, dan sebenarnya lokasi photoshoot yang keren. 
Yak, itulah kondisi banjir kecilnya, lumayan edum suasananya. Oh ya, sebenarnya ada pancurannya juga, tapi karena derasnya air, jadi belum sempet merekam. Nanti deh kapan-kapan. Merdesa!

Gotong Royong Nyengkuyung Dik Andri Sekolah Maneh

Sebelumnya untuk yang tidak paham bahasa jawa, judul tulisan ini jika saya terjemahkan ke bahasa nasional menjadi “Gotong Royong Mendukung Dik Andri Sekolah Lagi”. Ya, anak sulung bernama lengkap Andriyanto ini sudah setahun nganggur, tidak melanjutkan pendidikan menengah, seperti biasa kekurangan materi yang menjadi musababnya. Alasan klasik di desa kami yang kebanyakan warganya berprofesi sebagai petani dan buruh.
Menghadapi salah satu contoh masalah di atas, beberapa orang, sebagian besar warga perantau, berinisiatif untuk bergotong royong untuk sekedar membantu biaya pendaftaran sekolah yang sekarang makin mahal saja. Metode yang kami pakai adalah dengan iuran suka rela, seikhlasnya dan sesempatnya saja. Pengumpulannya pun masih terbilang konvensional, dengan dititip secara tunai, atau melalui rekening yang khusus dibuka untuk kegiatan yang awal mulanya diberi nama “Jalur Surga”, entah nama ini masih dipakai atau tidak, saya sendiri lebih suka menyebutnya “Perantau Foundation”.
Alhamdulillah, setelah sekitar setahun berjalan, hari ini kami berhasil melunasi semua uang masuk sekolah dik Andri yang dananya kami kumpulkan dari saweran warga-warga kampung baik perantauan ataupun warga yang aware terhadap pendidikan warga kampung. Terus terang, ini adalah pencapaian yang luar biasa, bagaimana hanya dengan beberapa orang, tidak sampai sepuluh, setidaknya kami bisa mencegah seorang anak putus sekolah.
Walaupun sampai hari ini saldo kas menjadi nol, kami yakin tahun ajaran yang akan datang, akan selalu ada orang-orang yang peduli kepada kemajuan kampung kami tercinta. Ya, dengan gotong royong, bareng-bareng, ibarat lidi yang bersatu menjadi sapu akan mudah menyingkirkan dedaunan maka kami insya Allah akan mampu menyingkirkan keterbelakangan pendidikan di kampung kami.
Harapan itu masih ada, merdesa!

Nyatus Dino

Nyatus dino
Kok wis akeh le nggresulo
Do elingo, isih ono sewu pitungatus dino
Limang taun ayo didongakno
Rakyate makmur ora tambah sengsoro
Ora koyo mbiyen jaman dijajah londo

Nyatus dino
Jare podo kabotan mundhak ing rego
Sawise lengo mambu subsidine disudo
Durung suwe regane diudhukno
Nanging kok malah subsidine muspro
Rego le kebacut mundhak ra gelem lungo

Nyatus dino
Jare akeh mentri le rakyat ngomongno
Enek le ngurusi telo
Enek le ngoreksi pesawat murah rego
Enek le malah rebutan duite wong deso
Dongakno mugo eling lan waspodo

Nyatus dino
Enek perkoro nang ibukota kono
Motor-motor ora oleh liwat tengah kutho
Mbok menowo metro mini lan angkot ra oleh ugo
Yen alesane ngerem lan mandeg sak naliko
Dongakno sing do sabar sawetoro

Tutorial membuat peta desa online dengan ZeeMaps

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Peta Desa – http://jurangjero.desa.id

Sebagai salah seorang pengelola web desa Jurangjero, secara pribadi saya ingin dunia mengetahui letak-letak dusun atau dukuh dengan mudah agar lebih dikenal luas. Hal yang spontan terlintas adalah dengan menggunakan peta, tentu saja langsung teringat google maps. Tapi setelah dilihat detail peta google, masih banyak dusun yang belum dipajang, yang ada hanya sampai tingkat desa saja, itupun banyak venue yang saya pikir banyak yang meleset.


Peta 1: tampilan default peta Desa Jurangjero di google maps

 
Setelah googling sana sini, akhirnya pilihan tertuju ke ZeeMaps, aplikasi pembuat peta online, gratis lagi. Toolnya pun boleh dibilang user friendly untuk ukuran saya yang baru pertama kali mencoba aplikasi ini.
Pertama-tama baca basmalah, lalu masuk ke zeemaps.com saya sarankan login atau register menggunakan email (tidak perlu aktifasi) lalu pilih menu Create New Map pada front page web tersebut maka akan muncul dialog seperti ini.

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Create new map

Isi judul peta, deskripsi dan yang terpenting adalah lokasi awal, dalam hal ini saya isikan dengan alamat desa Jurangjero, kecamatan Karanganom, dan kabupaten Klaten, kemudian klik Create yang akan menunjukkan peta google dari desa Jurangjero tanpa batas wilayah alias polos. Nah, langkah selanjutnya adalah menambahkan batas wilayah desa dan wilayah pedusunan.
Untuk menambah batas wilayah desa, gunakan menu: Additions -> Highlight region -> Polygon
Karena hanya sebatas batas, isi polygon saya biarkan no fill, hanya garis polygon saja yang diberi warna.

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Menambah batas wilayah desa

Klik submit, lalu klik per klik sepanjang batas desa. Jika belum mengetahui batas desa secara detail, bisa menggunakan referensi google map yang dibuka langsung dari google.com/map seperti pada peta nomor 1 di atas sehingga menjadi:

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Peta yang sudah memiliki batas wilayah desa

Batas desa sudah dibuat, selanjutnya membuat batas wilayah pedusunan/ pedukuhan. Dalam contoh saya buat batas wilayah pedusunan Dukuh Bungkusan. Menu yang digunakan masih sama, yaitu Additions -> Highlight region -> Polygon. Kali ini saya memilih untuk memberi isian warna di tengah garis batas.

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Menambah wilayah pedusunan

Klik submit, lalu klik batas-batas dusun sampai terbentuk polygon daerah dusun seperti gambar di bawah ini

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Wilayah Dukuh Bungkusan

Ulangi langkah ini untuk setiap pedusunan/ pedukuhan yang ada, apabila perlu buat untuk setiap gedung atau tempat penting semisal sekolah atau gedung desa.
Langkah terakhir adalah menyematkan penanda (marker) ke dalam area yang sudah diberi batas tadi dengan menggunakan menu Additions -> Add Marker, kali ini saya menggunakan pilihan simple marker.

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Menambah marker

Isi keterangan judul dan lokasi, tentukan lokasi marker dengan klik -> Click on Map Location, maka setelah submit akan muncul marker merah yang jika dilik keluar keterangan seperti ini:

tutorial membuat peta desa online | margondes.com
Marker dengan keterangan

Setelah semua daerah dusun diberi batas, jika ingin memasang di web atau sekedar membaginya maka tinggal klik menu print or share (untuk versi akun gratis hanya bisa share) Untuk hasilnya bisa anda lihat web Desa Jurangjero, seperti di bawah ini

Peta 2: Peta Desa Jurangjero online

Selamat berkarya, merdesa!

 

Setelah miras merenggut nyawa temanku

Kunci motor dan miras, bukan pasangan yang tepat
Kemarin sebenarnya jadwal mudik ke Madiun, tapi karena satu dan lain hal akhirnya saya memilih ke Klaten. Di sana saya bertemu dengan Pak Bayan ketika jamaah isya sudah selesai, ngopi-ngopi sebentar di serambi rumahnya sinambi ngobrol ngalor ngidul mulai dari kelanjutan program warga asuh sampai harga pupuk subsidi, asyik sampai anak ceweknya minta dikelonin yang artinya saya harus pulang.
Setelah memandikan Jupiter MX merah yang sudah berbulan-bulan tidak bau sabun, akhirnya kami sekeluarga juga ngobrol ngalor ngidul mulai dari cerita sebelnya orang yang ditagih hutangnya sampai meninggalnya salah seorang teman SD saya dulu. Adalah ibu saya yang menyampaikan kabar berita tersebut kepada saya, beliau juga mendapat kabar dari tetangga.
Dikabarkan bahwa teman SD saya dulu yang bernama Agus Muludan, saya lupa nama lengkapnya, tadi siang dimakamkan setelah tiga hari tidak sadarkan diri karena mengalami kecelakaan sepeda motor. Katanya sepeda motor yang dia kendarai menghantam gapura masuk Desa Jurangjero. Yang memprihatinkan adalah pada saat kecelakaan terjadi, disinyalir Agus sedang dalam kondisi terpengaruh minuman keras, mungkin ciu minuman keras tradisional buatan Bekonang, yang entah karena apa, mudah didapat di beberapa warung area Kecamatan Karanganom.
Simbok pun tidak kalah penasarannya ketika bertanya, apa benar dia anak yang ugal-ugalan? Seingat saya sih anaknya memang eksentrik pas SD dulu, tapi sejak SMP kami jarang sekali bertemu. Memang sih pergaulan remaja menuju ABG di daerah kami sangat rawan dengan godaan miras ini, yang saya tahu awalnya mereka cuma ngumpul-ngumpul biasa, ngobrol, daripada nganggur akhirnya ada yang punya ide aneh “ACARA” demikian anak-anak muda sini menyebutnya. Semoga amal ibadahmu bisa menjadi pemberat timbangan kebaikanmu di akhirat nanti Gus.
Mungkin apa yang dilakukan oleh anak-anak muda di dukuh saya belakangan ini ada positifnya, bahkan sangat positif sekali, dengan meramaikan kembali pingpong atau tenis meja. Lik Tohari pemilik warung juga menuturkan, dulu sebelum ramai pingpong anak-anak yang sering nongkrong sampai larut malam kebanyakan negatifnya, tapi sekarang mereka lebih banyak pingpong membuang kalori mudanya. Dan saya pun teringat kembali perbincangan dengan Pak Bayan tentang bagaimana caranya supaya energi anak-anak muda ini terbuang di area positif, menginformasikan desa via web desa misalnya. Mari kita pikirkan bersama.

Online-kan desamu, ikuti program web #1000desa GRATIS!

salah satu fasilitator web #1000desa
Berawal dari sebuah acara NgoPi (ngobrol pintar) kata dulu yang punya hajat, di de-Klop minicafe Madiun saya jadi mendapat wawasan baru, bahwa desa itu ternyata bisa eksis dan ngga ndeso. Kok bisa? Ya bisa, bayangkan jika kita di tengah sawah yang terletak di bawah kaki gunung nenteng laptop, hidupkan wireless, eh ternyata ada hotspot yang terdeteksi. Hebat kan? Kalau kata saya, itu emejing! super sekali! Mungkin itulah kekaguman saya terhadap sebuah desa di lereng Gunung Slamet sana, desa Melung namanya, yang mempunyai kades versi 2.0, Pak Budi Ragiel.
Tapi saya tidak akan membahas hostpot sawah ini, tapi web desa. Kenapa web desa? Karena dengannya kita bisa menginformasikan potensi dan kabar desa kita sendiri, tidak melulu menjadi konsumen berita, kita juga bisa jadi pembuat berita. Hebat kan? Mungkin itu ide awalnya, bisa jadi ada ide lain, saya lupa detil presentasi yang dibawakan oleh mas Yossy dan pak Budi waktu itu.
Lalu kenapa bisa gratis?
Jadi dalam laman web-nya 1000desa.web.id dalam peluncuran program 1000 web desa dikatakan:

program 1000 web desa merupakan kerja kolaborasi banyak pihak untuk
mendukung pengarusutamaan isu perdesaan di Indonesia. Pandi sebagai
lembaga pengelola domain menggratiskan penggunaan domain desa.id selama
satu tahun bagi desa-desa yang ingin membuat website.

Yak, satu tahun gratis, lumayan kan? Walaupun harga domain desa.id ini sebenarnya cukup murah, di resellernya sekitar Rp 55.000,- (include PPN) selama setahun. Tapi yang namanya produk baru itu mungkin perlu dikasih stimulus, apalagi berhadapan dengan instansi yang, ya.. boleh dikatakan memiliki sumber pendanaan terbatas, tidak seperti kecamatan ke atasnya. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana membangun sebuah desa bisa mendunia dan melek teknologi.

Indonesia memiliki keragaman budaya yang tersebar di desa-desa. Bila
desa bisa menyebarluaskan informasi dari wilayahnya, maka konten
internet Indonesia sangat kaya dan unik

Penggagas program 1000 web desa gratis mengajak seluruh kalangan yang
memiliki perhatian pada isu perdesaan untuk menjadi mitra kerja untuk
mewujudkan desa melek teknologi informasi.

Tidak ada salahnya mencoba, toh gratis hehehe. Dan saya sudah mencobanya, dengan bermodal kertas permohonan bertandatangan kepala desa, dan sedikit bantuan pak Bayan, desa kita sudah bisa online, terima kasih untuk om Yossep dengan openmadiun-nya yang memfasilitasi program ini, termasuk hosting IIX-nya, dan dermawans yang sudah mendonasikan sebagian rejekinya untuk menyewakan ruang. Semoga amalnya dibalas Alloh dengan rejeki yang lebih dan barokah, aamiin.
So, tunggu apalagi? Jika anda memiliki perhatian yang lebih untuk kemajuan desa anda, segera hubungi aparat desa setempat dan infokan program ini, Semangat!