Banjir yang dirindukan

Banjir adalah pemandangan yang biasanya menjadi pemandangan setelah hujan reda, dan ini bukan banjir biasa, karena banjir cuma terjadi di kali kampung saja, tidak sampai meluap seperti di Jakarta sana. Kali yang dulunya menjadi tempat satu-satunya MCK di kampung kami, sebelum PDAM masuk, karena tidak ada sumur yang mengeluarkan air.
Kampung kami memang unik, terlebih mitos ketidakbolehannya membangun rumah dengan batu bata, selain itu boleh, seperti gedhek, batu kali, atau batako yang baru lazim digunakan sebagai tembok awal tahun 90-an silam. Dan sore itu sepulang dari masjid, kusempatkan mampir ke tempat mbah uyutnya anak-anak, kebetulan pula abis dikasih rambutan ace, rejeki. Kebetulan pula habis hujan, jadi iseng-iseng mampir ke kali di bawah makam, tepatnya pleret kami menyebutnya, karena terdengar suara air gembrujuk tanda sedang banjir, atau paling tidak airnya lagi deras. Hal yang lazim terjadi setelah hujan beberapa waktu.
Ternyata benar, walaupun kali ini tidak sebesar banjir yang kuingat dulu ketika masih kanak-kanak, setidaknya mengobati rasa kangen suasana gembrujuk itu. Dan tak lupa kurekam dengan kamera hape, sekedar berbagi dengan kawan-kawan dan sedulur perantauan di sebuah grup kampung, yah… biar mereka tahu kalau kali kampung kita masih seperti dulu, alami, dan sebenarnya lokasi photoshoot yang keren. 
Yak, itulah kondisi banjir kecilnya, lumayan edum suasananya. Oh ya, sebenarnya ada pancurannya juga, tapi karena derasnya air, jadi belum sempet merekam. Nanti deh kapan-kapan. Merdesa!

Tes konsumsi BBM Honda Beat FI part 2

Tes konsumsi BBM Honda Beat FI
Bangjo Sawit
Setelah kemarin berhasil melakukan tes konsumsi BBM Honda Beat injeksi via Gunung Lawu, maka sekarang saya bagi hasil tes yang sama tetapi dengan medan berbeda. Jika kemarin medan yang dilalui sepertiganya didominasi tanjakan dan turunan Gunung Lawu, maka sekarang didominasi trek lurus dan mulus Karanganyar – Klaten PP. 
Variabel masih tetap sama, single touring hanya sekali saya pakai boncengan dengan bapak ke apotek, dengan bobot 55 kg (saya) dan kurleb 50 kg (bapak) serta cuaca dua hari terakhir yang kebanyakan hanya berawan, hujan sebentar di Karanganyar, selebihnya hanya mendung.
Tes konsumsi BBM Honda Beat FI
Awal: 6.230,9 km
Posisi awal adalah posisi akhir pengisian tes sebelumnya.
Tes konsumsi BBM Honda Beat FI
Akhir: 6.378,6 km
Posisi akhir saya ambil ketika pengisian pertamax di SPBU Delanggu, kali ini mbak petugas melakukan pengisian dengan pas, tidak sampai muncrat apalagi ndlewer, saya lihat di mesin pompa tertera 2,75 liter.

Total konsumsi: (6.378,6 – 6.230,9)/2,75 = 53,71 km/liter

Perbandingan
jalan gunung: 51,76 km/liter
jalan datar: 53,71 km/liter
Hasil perbandingannya hanya selisih sekitar 2 km lebih irit jika melewati jalan datar.

Tes konsumsi BBM Honda Beat FI via Gunung Lawu

Konsumsi BBM Honda Beat FI
Gunung Lawu yang berkabut
Mumpung yang punya motor lagi liburan nganterin keponakan jalan-jalan ke Tangerang, akhirnya Beat FI tahun 2014 saya pinjam sementara waktu guna dilakukan test drive. Untuk pertama kali yang saya tes yaitu “konsumsi BBM”. Metode pengetesan yang dipakai seperti biasa, saya isi full tank, saya pakai jalan, terus saya isi full tank lagi, baru saya bandingkan konsumsi BBM kilometer per liternya.

Variabel pengetesan:

  • Untuk BBM saya isi dengan pertamax di SPBU Popongan Karanganyar (isi awal dan akhir)
  • Jalur pengetesan adalah jalur mudik Karanganyar – Madiun pp, via Tawangmangu, Gunung Lawu, dan Telaga Sarangan. Komplit, ada track lurus, berkelok-kelok, tanjakan dan turunan. 
  • Riding style campuran, lambat pelan, stabil di speed 70 km/jam.
  • Cuaca awal tes (jumat malam) berawan tapi tidak sampai hujan, suhu dingin dan berkabut seperti biasa di puncak Lawu
  • Cuaca akhir tes (senin pagi) Madiun – Sarangan cerah berawan, sesampai di Puncak Lawu gerimis sedikit dan berkabut, selebihnya cerah berawan.
  • Penunjuk jarak saya mengandalkan odometer motor, kelupaan ngidupin gps :malus

Hasil pengukuran:

  • Posisi km awal 6.230,9 km, terus isi pertamax full tank
  • Posisi km akhir 6075,6 km, terus isi pertamax full tank
  • Total pengisian terakhir 3 liter lebih sedikit, saya bulatkan jadi 3 liter karena mbak petugasnya masih magang ngisinya sampe mbludhak.
  • posisi akhir tes konsumsi BBM honda beat
    posisi akhir tes konsumsi BBM honda beat
    posisi awal tes konsumsi BBM honda beat
    posisi awal tes konsumsi BBM honda beat
  •  Didapat angka: (6.230,9 – 6075,6)km/3 liter = 51,76 km/liter

Kesimpulan:

Konsumsi BBM Honda Beat FI tahun 2014 sebanyak 51,76 km/liter

Menengok Gadget Show Pertama di Klaten

Sepi, mungkin kesan pertama yang saya rasakan ketika saya dan teman tiba di sebuah gedung komplek RSPD Klaten ini. Mungkin karena kami datang malam hari, jam 8 lebih, pengunjung sudah pada pulang.
Peserta stand pameran pun saya bisa hitung dengan jari, ada 2 stand vendor handphone, 1 stand toko handphone, 2 gerai operator selular, dan 1 stand toko asesoris.
Setelah melihat-lihat sebentar, akhirnya saya mampir di gerai telkomsel, kebetulan sinyal di kost telkomsel agak mendingan, dan akhirnya saya memutuskan membeli perdana simpati paket data 9GB masa aktif 3 bulan seharga Rp 80.000,-

Foto panorama di atas, yang saya ambil menggunakan kamera Lenovo P770i, mungkin bisa menjelaskan bagaimana keadaan malam tadi, bagaimana menurut anda?

Menrabas indahnya alam Gunung Lawu

indahnya alam Gunung Lawu
Pelit rasanya jika keindahan alam sekitar Gunung Lawu yang menjadi jalur solo touring mingguan saya, tidak saya bagi ke seluruh netizen di dunia. Setidaknya bisa mengurangi dahaga akan hijaunya alam Indonesia yang gemah ripah loh jinawi, toto tentrem karto raharjo. Oh ya, foto-foto ini saya ambil tadi pagi sewaktu berangkat dari Madiun menuju Karanganyar via jalur alternatif Ngariboyo – Plaosan Magetan.
indahnya alam Gunung Lawu
indahnya alam Gunung Lawu
Foto di atas saya ambil di jalanan Desa Buluharjo, sebelum Pasar Plaosan letaknya masih di bawah Gunung Lawu.
indahnya alam Gunung Lawu
Jalan tanjakan ini biasa disebut Ngerong, jalur lama menuju Telaga Sarangan, setelah tikungan akan ada tanjakan sampai 45°, kadang masuk gigi dua sudah cukup, jika kurang awalan harus oper gigi satu.
indahnya alam Gunung Lawu
Masih satu dengan jalur Ngerong, tapi sudah mendekati Telaga Sarangan. Jalanan lumayan mulus, cuma beberapa waktu lalu ada lubang sedikit karena hujan pertama kali, sekarang sudah ditambal. Terima kasih pajak.
indahnya alam Gunung Lawu
indahnya alam Gunung Lawu
Kedua foto di atas adalah awal dan akhir pertemuan dua jalur lama dan baru yang lebih lebar dan landai. Saya sering belok kiri, karena lebih cepat, dengan konsekuensi jalan kecil dan menanjak jika naik, dan menurun tajam jika turun.
indahnya alam Gunung Lawu
Foto di atas juga merupakan cabang jalur lama dan baru (kiri). Sekarang jalur lama sudah diberi tiang portal sehingga mobil sudah tidak bisa lewat lagi. Di jalur lama inilah biasanya dijadikan tempat menyepi muda-mudi. Jangan ditiru ya, dilarang mendekati zina!
indahnya alam Gunung Lawu
indahnya alam Gunung Lawu
Jalur ini adalah jalur terlebar menurut saya yang sering lewat jalur lama, kebanyakan sempit. Dan tentu saja jalur paling dingin hawanya, baik pagi, siang apalagi malam. Jika hujan, ada satu titik genangan, hati-hati jika tidak ingin berbasah ria dengan air yang duingiiiin. Saya pernah lho, kena air cipratan mobil lewat, kena hape pula T_T
Oh ya, jalur ini sudah dua bulanan memiliki lampu penerangan, jadi kalau malam sudah tidak gelap-gelapan lagi. Terima kasih pajak.
indahnya alam Gunung Lawu
Inilah puncak Cemoro Sewu, pintu masuk jalur pendakian di sisi Magetan. Kemarin pas malam satu suro di sini rame banget yang mau mendaki, nyari apa ya?
Dan tentu saja di seberang jalan anda akan temui kebun-kebun stroberi, maaf tidak sempat foto, yang bisa dipetik sendiri. Tentu saja mbayar.
indahnya alam Gunung Lawu
indahnya alam Gunung Lawu
indahnya alam Gunung Lawu
Foto di atas juga saya ambil lagi-lagi di jalan lama, kali ini sudah jalur turun selepas Cemoro Sewu. Masya Allah, hijau!
indahnya alam Gunung Lawu
Perempatan, jika anda belok ke kiri maka akan menelusuri jalan baru yang berkelok-kelok letter S, tentunya agak landai tanpa turunan curam. Jika lurus, melalui jalan lama, lebih pendek satu kilometer dengan jalan menurun tajam, dan beberapa tikunga  tajam. Keduanya finish akhir di area menuju pintu masuk Grojogan Sewu.
Indonesia itu indah, salam rider.