Selamat jalan mbah Pujo

77 tahun, jumlah umur berdasar keterangan pak Lurah Belang Wetan tadi siang dalam upacara pemakaman Mbah Pujo. Entahlah berapa tepatnya usia kakek dari simbok ini, saya sendiri kurang tahu. Mungkin karena saya sendiri kurang akrab dengan beliau sejak kecil sampai beranak dua, yang karena suatu sebab yang sebaiknya ditutup karena merupakan aib seseorang. Bukan begitu?
Dari perkawinan pertamanyalah lahir Mbok Iyah yang nantinya berjodoh dengan Pak’e yang diamanahi empat anak tetapi tinggal kami bertiga. Mbak Narti sang sulung diceritakan sudah meninggal di usianya yang sangat dini, sebabnya? Ah, mungkin kalau diceritakan akan menyaingi kisah sinetron yang dulunya sampai season delapan. Ya, Mbok Iyah sosok ibu yang kukenal sangat sabar dan tegar in, siapa sangka memiliki kisah yang rumit serumit bolah ruwet. Bahkan ketika saya beberapa kali dikisahinya saya masih bisa menitikkan air mata. Dari simboklah saya belajar arti sabar dan tabah.
Selamat jalan mbah, terima kasih kau warisi kami sosok ibu yang tegar. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Tarif taksi dalam kota Madiun 2014

Mungkin belum banyak yang tahu masalah dunia pertarifan yang satu ini. Jujur saja, saya sendiri baru tahu kemarin rabu sepulang nyoblos di kampung halaman saya, tepatnya di Desa Jurangjero Klaten. Lho, kok mudik bawa mobil, baliknya ga dibawa, memang kenapa mobilnya? Hehe, maklum mobil sepuh, sama saya aja umurnya lebih tuaan mobilnya dua tahun, jadi perlu diistirahatkan sebentar. Syukur-syukur punya rejeki lebih buat ngenomke mobil, aamiin.

Jadi ceritanya setelah mudik mulai pukul 02:40 waktu Madiun sampai Semin Gunung Kidul pukul 06:15an, karena nderekne ibu setelah seminggu membersamai cucu-cucunya yang ganteng, kami berempat langsung melanjutkan perjalanan ke desa di atas tadi. Mau apa? Ya nyoblos, sekalian memudikkan bocah-bocah, maklum sudah lama mereka ga mudik, banyak yang kangen.
Sebetulnya banyak cerita yang bisa dikisahkan, mulai dari coblosan yang lumayan sukses nduiti, wayah panen, dan lain-lain. Sebetulnya juga cerita kali ini sudah sempat saya tulis, cuman gara-gara nulisnya di hape andro terus aplikasinya crash tanpa auto save, dan ternyata setelah dibuka lagi cuma ada judulnya saja, seketika itu juga pupus harapan menulis, baru sekarang disempat-sempatkan nulis lagi, sabar…
Lho kok malah jadi kemana-mana sih ndes? Ok, kembali ke paragraf pertama.
Jadi, sekarang itu setelah kurang lebih tiga tahun tidak naik taksi, saya jadi tahu kalau tarif taksi dalam kota Madiun sekarang sudah naik. Yang dulunya Rp 15.000,- sekarang menjadi Rp 35.000,- berdasar pengalaman kami sekeluarga kemarin naik dari Stasiun Madiun ke rumah sekitaran Jalan Salak dengan taksi Merak Ati (warna putih). Beda lagi pengalaman adik saya, dia naik dari Terminal Madiun ke Jalan Salak kena tarif Rp 30.000,- dengan taksi Bima (warna hijau).
Mungkin itu dulu saja sharing kali ini, semoga bermanfaat bagi yang belum tahu, matur nuwun.

Tarif ojek terminal Madiun 2014

Ada sedikit cerita perjalanan mudik dari Karanganyar ke Madiun pada malam pemilu kali ini. Ceritanya adalah untuk pertama kalinya setelah 3 tahunan saya naik ojek lagi dari terminal purabaya Madiun ke rumah di sekitaran Jalan Salak. Bukan disengaja sebetulnya, karena biasanya saya dijemput oleh istri tercinta, yang tidak tega saya kedinginan jika naik motor malam sendirian sama tukang ojek, iykwim haha.
Awal mulanya sih kita sudah janjian, kalau sudah dekat watsapan aja. Tak tahunya watsap ga dibalas, telpon ga dibalas, dan sms ga diangkat. Oh, sudah tidur, paling juga gitu. Kaya ga tahu istri sendiri saja, hihi.
Singkat cerita, sesampainya di terminal Madiun, saya naik ojek sama mas-mas yang kalau dilihat dari penampilannya sekitar 30-an tahun, agak gondrong, bawa motor honda kharisma. Pertanyaan standar, rumahnya mana, euphoria pemilu di desanya, yang katanya sudah ada yang sebar-sebar amplop. Katanya sih kalau kotamadya minimal bisa Rp 50.000,- per orang, kalau kabupaten lebih murah paling nyampe Rp 10.000-20.000 saja.
Terus tak lupa tanya kondisi pasar ojek di Madiun yang katanya naik turun, apalagi dengan banyaknya tukang ojek yang kudu dishift, kalau dia kena shift jam 14:00-02:00 wib. Penjadwalan ini memang sudah menjadi kebijakan paguyuban tukang ojek di sana, biar rukun katanya. Kalau pas lagi ramai tukangnya, narik 3 kali itu sudah pengpengan, kalau lagi sepi tukangnya mungkin bisa sampai 5 kali.
Tapi yang bikin agak kasian, pas ditanya anaknya sudah berapa, masnya menjawab, saya masih sendiri kok mas. Hehe, kuhanya bisa ketawa miris dalam hati, kasian juga sebenarnya dah berumur tapi masih bujang, semoga lekas ketemu jodohnya ya mas Gondrong. Aamiin.
Ngobrol di jalan, eh dah masuk komplek. Setelah ngasih aba-aba kiri kanan, lurus belok, sampailah pada saat yang berbahagia, sampai rumah! Buka dompet, kukasih Rp 10.000,- sengaja karena terakhir ongkosnya segitu. Terus kutanya kurang apa tidak, masnya menjawab, sakniki Rp 15.000,- mas. Ooh… nggih niki mas. Inflasi juga tarif ojek, heuheu. Terima kasih nggih mas gondrong, sudah nganterin saya sampai rumah dengan selamat. Semoga lekas ketemu jodoh dan lancar rejekinya.

Online-kan desamu, ikuti program web #1000desa GRATIS!

salah satu fasilitator web #1000desa
Berawal dari sebuah acara NgoPi (ngobrol pintar) kata dulu yang punya hajat, di de-Klop minicafe Madiun saya jadi mendapat wawasan baru, bahwa desa itu ternyata bisa eksis dan ngga ndeso. Kok bisa? Ya bisa, bayangkan jika kita di tengah sawah yang terletak di bawah kaki gunung nenteng laptop, hidupkan wireless, eh ternyata ada hotspot yang terdeteksi. Hebat kan? Kalau kata saya, itu emejing! super sekali! Mungkin itulah kekaguman saya terhadap sebuah desa di lereng Gunung Slamet sana, desa Melung namanya, yang mempunyai kades versi 2.0, Pak Budi Ragiel.
Tapi saya tidak akan membahas hostpot sawah ini, tapi web desa. Kenapa web desa? Karena dengannya kita bisa menginformasikan potensi dan kabar desa kita sendiri, tidak melulu menjadi konsumen berita, kita juga bisa jadi pembuat berita. Hebat kan? Mungkin itu ide awalnya, bisa jadi ada ide lain, saya lupa detil presentasi yang dibawakan oleh mas Yossy dan pak Budi waktu itu.
Lalu kenapa bisa gratis?
Jadi dalam laman web-nya 1000desa.web.id dalam peluncuran program 1000 web desa dikatakan:

program 1000 web desa merupakan kerja kolaborasi banyak pihak untuk
mendukung pengarusutamaan isu perdesaan di Indonesia. Pandi sebagai
lembaga pengelola domain menggratiskan penggunaan domain desa.id selama
satu tahun bagi desa-desa yang ingin membuat website.

Yak, satu tahun gratis, lumayan kan? Walaupun harga domain desa.id ini sebenarnya cukup murah, di resellernya sekitar Rp 55.000,- (include PPN) selama setahun. Tapi yang namanya produk baru itu mungkin perlu dikasih stimulus, apalagi berhadapan dengan instansi yang, ya.. boleh dikatakan memiliki sumber pendanaan terbatas, tidak seperti kecamatan ke atasnya. Tapi yang lebih penting adalah bagaimana membangun sebuah desa bisa mendunia dan melek teknologi.

Indonesia memiliki keragaman budaya yang tersebar di desa-desa. Bila
desa bisa menyebarluaskan informasi dari wilayahnya, maka konten
internet Indonesia sangat kaya dan unik

Penggagas program 1000 web desa gratis mengajak seluruh kalangan yang
memiliki perhatian pada isu perdesaan untuk menjadi mitra kerja untuk
mewujudkan desa melek teknologi informasi.

Tidak ada salahnya mencoba, toh gratis hehehe. Dan saya sudah mencobanya, dengan bermodal kertas permohonan bertandatangan kepala desa, dan sedikit bantuan pak Bayan, desa kita sudah bisa online, terima kasih untuk om Yossep dengan openmadiun-nya yang memfasilitasi program ini, termasuk hosting IIX-nya, dan dermawans yang sudah mendonasikan sebagian rejekinya untuk menyewakan ruang. Semoga amalnya dibalas Alloh dengan rejeki yang lebih dan barokah, aamiin.
So, tunggu apalagi? Jika anda memiliki perhatian yang lebih untuk kemajuan desa anda, segera hubungi aparat desa setempat dan infokan program ini, Semangat!

Membuat bulletin jumat sederhana dengan Scribus

Latar Belakang 


Awal mula keinginan pembuatan media bulletin jumat ini bermula ketika saya dimutasikan untuk bertugas di Karanganyar, Jawa Tengah, yang kebetulan hanya sekitar satu jam perjalanan dari kampung halaman di Klaten. Semua berawal pas kebetulan waktu itu ramadhan 2013 yang lalu, dimana situasi dan kondisi masjid yang masih ala kadarnya, tanpa adanya susunan pengurus yang jelas. Singkat kata setelah inisiatif bersama, maka dibentuklah wadah sederhana takmir masjid, dan kebetulan saya didapuk menjadi Seksi Kegiatan bersama teman sepermainan saya, Bejo – bukan nama sebenarnya-, dan dirasa masjid ini perlu suatu media pembelajaran umat yang cocok untuk kondisi saat ini, yaitu bulletin atau majalah dinding.

Tetapi aplikasi apa yang halal yang bisa dipakai untuk membuat proyek kami ini? Seraya mengingat-ingat apa yang pernah disharingkan oleh salah seorang rekan di Komunitas Linux Madiun, mas Henry yang secara tidak langsung kurang lebih, “Bagaimana bisa dakwah untuk mengajak orang menuju kebenaran tapi dilakukan dengan program bajakan?” Dan akhirnya saya teringat aplikasi open source ini.

Bahan-bahan
  • Aplikasi penerbitan Scribus
Kebetulan aplikasi Scribus ini open source, jadi ga butuh crack atau serial number, dan lintas OS juga, baik Windows, Linux ataupun MacOS. Versi portablenya juga bisa diunduh di sini: http://kambing.ui.ac.id/portableapps/Scribus%20Portable/
  • Artikel menarik dan niat yang tulus

Bisa dicari di google atau dari buku-buku perpustakaan, untuk niat kembali ke hati masing-masing.

Cara Meracik

Terus terang ini kali pertama saya membuat bulletin dengan bantuan Scribus, sehingga mau tak mau kudu gugling juga cara pengerjaannya. Dan kebetulan juga saya ini seorang yang bertipe belajar visual (kata istri & seorang Widyaiswara) maka saya mencarinya di Youtube. Dan inilah video tutorial yang saya pakai sebagai referensi pembuatan bulletin jumat edisi pertama masjid Al Hidayah.

Dan kebetulan juga buletin yang saya buat itu berlipat tiga, jadi hampir seluruhnya saya mencontoh tutorial di atas. Sekian dan selamat mencoba. Salam open source.

Opo timbangane iki rusak tho dhe?

Yak seperti judul, pertanyaan yang langsung aku tanyakan kepada budhene anak-anak, ba’dha diri ini menimbang badan, tkp di PKU Muhammadiyah Semin, pas membesuk keponakan -Mas Satria- yang lagi kena typhus -alhamdulillah sampai tulisan ini ditulis, sudah bisa pulang-.
Apa sebab? “46 kg” jarum timbangan telah dengan sengaja menunjuk angka itu, yang seolah-olah memvonis diri ini kurus. Tapi, apa benar badanku ini sekurus itu? Yang bahkan lebih kurus dari badanku yang dulu sewaktu lulus sma. Dan setelah kutanyakan pertanyaan itu, memang timbangan itu agak rusak, katanya sih selisih kurang 3 kg, yang berarti badan ini berbobot 49 kg.
Kaget, syok, dan heran, sebegitu hebatnyakah efek setiap hari naik motor? Ataukah memang jauhnya jarak tiap hari yang kutempuh berhasil menerbangkan lemak-lemak tubuhku ini yang tidak seberapa ini? Yang terakhir menimbang sebelum lebaran stabil di angka 53-54 kg.
Well… apapun itu, semoga bisa menjadi sinyal agar senantiasa menjaga pola makan, banyak-banyak butuh asupan protein. Dan berharap semoga tidak lebih kurus lagi.

Persangkaan

Mindset negatif
 
Negara kok banyak pejabat koruptornya
Propinsi kok jalannya banyak yang berlubang
Kabupaten kok banyak orang miskinnya
Kecamatan kok banyak anak putus sekolah
Desa kok banyak sawah gagal panen
Masjid kok banyak tukang gosipnya
Rumah kok banyak pertengkarannya

Mindset positif

Negara kok banyak pejabat amanahnya
Propinsi kok jalannya banyak yang mulus
Kabupaten kok banyak orang yang makmur
Kecamatan kok banyak anak berpendidikan
Desa kok banyak sawah subur
Masjid kok banyak tukang ngajinya
Rumah kok banyak kasih sayangnya
 
Kata mbah yai, prasangka itu bisa jadi doa, jadi kalau berprasangka itu
yang baik-baik saja. Itulah kenapa banyak motivator yang mendorong kita
untuk selalu positif thinking.
Lalu, ada yang bilang kalau
kepedulian di negeri ini sudah banyak berkurang. Tapi semoga saja bukan
karena banyak yang berprasangka sudah banyak orang yang mikirin dirinya
sendiri.
Apakah kita peduli? Bisa iya bisa tidak. Tapi setidaknya
kita peduli terhadap hati kita, dengan menyuruhnya banyak-banyak
berpositif thinking.
Salam jumat peduli

Partai Kudu Salah

Neng salah sawijine negoro, sebut wae negoro BBM, ono parte sing kasebut Partai Kudu Salah, disingkat Partikus. Pantes tenan ro jenenge, dadi yo sakjane mesakne tenan sak jane parte sing siji iki, opo-opo tindak tanduke mesti disalahke sebagian wong-wong. Contone iki;
1. Mbiyen pas kasuse bank plecit kenthir, Partikus iki semangat tenan kasus kuwi sing jare ngrugikne negoro nganti 6.700 repes, padahal sing dicurigai kuwi konco kenthele sing dadi ketua nang grup arisan Kowalisi. Ana sing ngucap, wong wis dadi konco kenthel kok wani nglawan ketuane, dadi wong kok munapik, metu wae seko arisan.
Lha terus umpama ngene, yen Partikus kuwi mau tetep ndukung kanca kenthele tumrap dugaan bocore duit rakyat, mesti yo akeh sing ngocap, jare parte mbelani rakyat, pro wong cilik, dudu wong licik utowo koruptor, dasar munapik!
Ngono salah, ngene salah. Cocok tenan ro jenenge, Partikus, mbiyen ki piye sing nggolek jeneng.
2. Sing lagi anget-angete, undhak-undhakan lengo gas, sing jare isoh marakne anggaran negoro jebol umpomo gak diundhakne, opo iyo sih? Yen kuwi aku ga mudeng yo cah, aku dudu ahline :p
Critane yo sih pancet, Partikus vs Kanca kenthele, Partikus emoh yen lengo gas diundhakne, sing diusulke karo pak ketua arisane. Yo opo iki? Dadi anggota ki kudu manuk, eh manut ro ketuane, ojok mencla-mencle, munapik! (Metu meneh)
Lha terus, yen umpama Partikus iki melok-melok ketuane, ndukung ngundhakne lengo gas, mesti yo akeh le ngomong, jare peduli wong cilik, lha kok malah ndukung ki piye tho, munapik!
Mesakne temen tho kowe kusss…. Partikus…. ngono salah, ngene yo salah. Opo mending ganti jeneng ae? Dadi Partai Kudu Bener, alias Partai Kuner, trus lambange gambar kunir, pahit ning marai waras.
posted from Bloggeroid

Tetanggaku, keluarga terdekatku

Tetangga adalah keluarga terdekat, mungkin ungkapan kalimat tersebut hanya sebatas ungkapan. Sampai dengan kemarin, jika kejadian itu tidak kami alami sendiri, mungkin begitu berharganya punya tetangga baik tidak benar-benar kami rasakan. Ya, kemarin si kecil panas, tepat di saat kedua orangtuanya ngantor 🙁 dan hanya ada Mbak Mar dan si Mas.
Mereka, tetangga-tetangga baik itu, dengan suka rela berinisiatif membawa si kecil ke rumah sakit. Ya, mereka tetangga yang baik, salah satu kebahagiaan disamping istri yang sholihah dan rumah yang lapang. Sempat terpikir, bagaimana jika mereka ada dendam atau rasa tidak senang kepada keluarga kami. Masih maukah mereka menolong anak kami? Sungguh pesan mulia Rosululloh saw. tentang memuliakan tetangga ini sangat benar, dan ungkapan tetangga adalah keluarga yang terdekat itu pas. Toh, jika ada apa-apa yang paling tahu dan bisa dimintai tolong lebih dahulu itu mereka, bukan keluarga yang jaraknya ratusan kilometer.
Jadi, muliakanlah tetanggamu, karena bukan termasuk ummat Rosululloh saw. orang yang tidak memuliakan tetangganya.
posted from Bloggeroid