Pasca Kenaikan BBM, Tarif Sumber Kencono – Mira rata-rata naik Rp 2.000,-

Mira AC Tarif Biasa
Sabtu kemarin kami sekeluarga pulang kampung ke Klaten, rencananya sih menghadiri pernikahan teman Pusaka (Organta STAN Klaten). Sebenarnya rencana awal naik kereta Madiun Jaya, tapi sewaktu tiba di pintu masuk stasiun Madiun, abang tukang becaknya bilang kalau si Manja hari itu tidak narik, mogok atau rusak yang jadi penyebabnya (setelah dicek keesokan harinya ternyata tidak beroperasi sebulan), lalu akhirnya pilihan tertuju ke terminal Madiun.
Setelah menitipkan motor di parkir terminal (tarif sewa inap Rp 2.000/hari) kami meluncur ke dalam, sebelumnya membayar retribusi fasilitas terminal (Rp 200,-/orang) kami menunggu di area ngetem jalur Jogja – Solo. Kondisi saat itu lumayan ramai, karena banyak yang kecele di stasiun lalu berpindah ke terminal, beberapa diantaranya kami kenal karena sempat terlihat di stasiun. Moga-moga dapat tempat duduk, hanya itu yang bisa saya pikirkan, naik bis dengan membawa dua balita jika tidak dapat tempat duduk bakal susah.

Akhirnya bis datang, kali ini Mira. Alhamdulillah bis berhenti tepat di depan, ya pintu depan itu pas di depan kami berdiri menunggu. Setelah menunggu penumpang yang turun, saya bergegas naik duluan, dan aha! ada dua bangku kosong di belakang sopir. Alhamdulillah. Oh iya, perjalanan bis kali ini adalah trip pertama si bungsu dengan bis, yang biasanya naik kereta, kontan saja banyak komentar kagum yang keluar dari mulut cemprengnya. Hehe, lucu.
Bis akhirnya berjalan, tak berselang lama pak kondektur menagih uang karcis, istri memberinya uang Rp 50.000,- dengan memberi aba-aba Penggung sebagai tujuan, tetapi karena satu lain hal, kondektur menjelaskan kalau kali ini bis hanya sampai di Solo, lalu menyerahkan lembaran 2 karcis dan kembalian Rp 10.000,- yang artinya Rp 20.000,- per tempat duduk (balita gratis karena dipangku)
Dengan demikian, tarif untuk jurusan Madiun – Solo yang sebelumnya Rp 18.000,- menjadi Rp 20.000,- Saya sendiri kurang tahu untuk jurusan jarak jauh seperti Jogja – Surabaya, mungkin menjadi Rp 50.000,- Untuk jarak dekat sendiri, semisal Penggung – Solo yang dulunya Rp 4.000,- sekarang menjadi Rp 5.000,- Jadi kesimpulannya, tarif naik tetapi persentasenya tidak sampai 30%, berbeda dengan tarif bis malam AKAP yang katanya naik rata-rata 30%, kalau Pak Atim bilang, Rosalia Indah jurusan Solo – Purwokerto naik Rp 25.000,- Sing penting tekan, hehe.

Jupiter MX, tembus 50 km per 1 liter pertamax

Jumat kemarin (7 Novermber 2014) iseng-iseng bikin percobaan konsumsi BBM untuk motor kesayangan, Jupiter MX keluaran tahun 2011. Berbekal Aplikasi MapMyRide di hp android kesayangan, percobaan pun di mulai. Metode yang digunakan pun standar, melakukan pengisian BBM, saya make pertamax, sampai full dan nantinya diisi lagi sampai full baru dibandingkan dengan jarak yang di tempuh sesuai aplikasi tadi. Seperti biasa, jalurnya pun bervariasi, ada lurus (Popongan – Karangpandan), berbelok (Karangpandan – Tawangmangu), menanjak (Tawangmangu – Cemoro Sewu), menurun (Cemoro Sewu – Sarangan), begitu seterusnya sampai SPBU kedua di sekitar Takeran Magetan.
Dari tracking log yang didapat di hape, ada 3 jarak yang dihasilkan, karena 2 kali istirahat sholat sebelum pengisian di SPBU finish. Berikut jarak yang di tempuh:
  1. 17,78 km (SPBU Popongan Karanganyar – Masjid Raya Sarangan Magetan)
  2. 14,50 km (Masjid Raya Sarangan – Masjid Barat Pasar Ngariboyo Magetan)
  3. 36,05 km (Masjid Barat Pasar Ngariboyo – SPBU Takeran)
Sehingga total jarak yang ditempuh yaitu 68,33 km. Terakhir sesampainya di SPBU kedua, saya pesen ke mas penjaganya tuk ngisi pertamax full, setelah dikasihtahu kalau yang masih stoknya cuma pertamax, premium habis (adakah hubungannya dengan isu kenaikan BBM?).
Hasil akhir pengisian, mas penjaga menagih saya Rp 15.000,- untuk pengisian full tadi (harga Pertamax/liter waktu itu Rp 11.100,-). Dengan demikian perhitungan konsumsi BBM Jupiter MX tahun 2011 versi saya adalah:

 68,33 km : (Rp 15.000/Rp 11.100)liter = 50,5642 km/liter

 50 km-an untuk 1 liter pertamax dengan track bervariasi, kecepatan maksimum di aplikasi hp 75km/jam, tapi untuk versi speedo motor sampai 90 km/jam. Lumayan ngirit juga. #TolakBBMNaik

Berkendara melewati jalur alternatif tercepat Tawangmangu (Karanganyar) – Sarangan (Magetan)

Rute ini adalah rute yang menurut saya tercepat selama kurang lebih setahun saya menjelajahi Madiun – Karanganyar via jalur Gunung Lawu. Karena saya kurang pandai bercerita, maka langsung saja saya berikan rekaman berkendara saya jumat sore kemarin, setiap jumat sore saya pulang mudik ke Madiun dari Karanganyar. Kebetulan saya memakai aplikasi MapMyRide di handphone android saya, jadi rencana saya untuk membagi jalur ini kepada netizen akhirnya terlaksana juga, setelah sekian lama saya mendapati banyak biker yang motornya lebih kencang dari motor saya ternyata lebih lama sampai ke puncak lawu di Cemoro Sewu, ga sombong, sumpah 😀

View Larger Map
Catatan: start awal dari SPBU Popongan (Karanganyar) dan berakhir di Masjid Raya Sarangan (Magetan)

Opo timbangane iki rusak tho dhe?

Yak seperti judul, pertanyaan yang langsung aku tanyakan kepada budhene anak-anak, ba’dha diri ini menimbang badan, tkp di PKU Muhammadiyah Semin, pas membesuk keponakan -Mas Satria- yang lagi kena typhus -alhamdulillah sampai tulisan ini ditulis, sudah bisa pulang-.
Apa sebab? “46 kg” jarum timbangan telah dengan sengaja menunjuk angka itu, yang seolah-olah memvonis diri ini kurus. Tapi, apa benar badanku ini sekurus itu? Yang bahkan lebih kurus dari badanku yang dulu sewaktu lulus sma. Dan setelah kutanyakan pertanyaan itu, memang timbangan itu agak rusak, katanya sih selisih kurang 3 kg, yang berarti badan ini berbobot 49 kg.
Kaget, syok, dan heran, sebegitu hebatnyakah efek setiap hari naik motor? Ataukah memang jauhnya jarak tiap hari yang kutempuh berhasil menerbangkan lemak-lemak tubuhku ini yang tidak seberapa ini? Yang terakhir menimbang sebelum lebaran stabil di angka 53-54 kg.
Well… apapun itu, semoga bisa menjadi sinyal agar senantiasa menjaga pola makan, banyak-banyak butuh asupan protein. Dan berharap semoga tidak lebih kurus lagi.

Tetanggaku, keluarga terdekatku

Tetangga adalah keluarga terdekat, mungkin ungkapan kalimat tersebut hanya sebatas ungkapan. Sampai dengan kemarin, jika kejadian itu tidak kami alami sendiri, mungkin begitu berharganya punya tetangga baik tidak benar-benar kami rasakan. Ya, kemarin si kecil panas, tepat di saat kedua orangtuanya ngantor 🙁 dan hanya ada Mbak Mar dan si Mas.
Mereka, tetangga-tetangga baik itu, dengan suka rela berinisiatif membawa si kecil ke rumah sakit. Ya, mereka tetangga yang baik, salah satu kebahagiaan disamping istri yang sholihah dan rumah yang lapang. Sempat terpikir, bagaimana jika mereka ada dendam atau rasa tidak senang kepada keluarga kami. Masih maukah mereka menolong anak kami? Sungguh pesan mulia Rosululloh saw. tentang memuliakan tetangga ini sangat benar, dan ungkapan tetangga adalah keluarga yang terdekat itu pas. Toh, jika ada apa-apa yang paling tahu dan bisa dimintai tolong lebih dahulu itu mereka, bukan keluarga yang jaraknya ratusan kilometer.
Jadi, muliakanlah tetanggamu, karena bukan termasuk ummat Rosululloh saw. orang yang tidak memuliakan tetangganya.
posted from Bloggeroid