Pasca kenaikan BBM, akankah Madiun Jaya menaikkan tarif?

Tiket Madiun Jaya Klaten – Madiun
Rp 40.000,- (empat puluh ribu rupiah) harga tiket kereta Madiun Jaya jurusan Klaten – Madiun ini kami beli sebulan yang lalu selepas mudik ke Klaten dan Semin, Gunung Kidul. Berhubung status PTKP saya K/2, otomatis saya harus membayar tiket untuk empat orang, bayi dihitung penuh agar bisa duduk, dan tidak ada tiket berdiri, walaupun pada kenyataannya setiap kami naik dari Stasiun Klaten banyak penumpang jurusan Solo yang berdiri atau duduk mengambil jatah tempat duduk kami.
Rp 40.000,- (empat puluh ribu rupiah) adalah harga tiket sebelum kenaikan harga BBM, dan kabarnya subsidi kereta api ekonomi jarak jauh yang akan dicabut. Yang menjadi pertanyaan saya adalah, akankah harga tersebut akan disesuaikan oleh PT Kereta Api, seperti moda angkutan darat lain yang kemarin melakukan mogok nasional menolak kenaikan BBM ini, sebelum harga jasa mereka juga disesuaikan dengan persentase yang hampir sama atau lebih dari kenaikan bahan bakarnya.

Akan menjadi sebuah kegalauan nampaknya jika DAOP Madiun tetap mempertahankan besaran harga tiket ini di angka tersebut. Apa kata? Dahulu awal kereta ini beroperasi, ada dua jenis kereta Manja ini, yaitu Manja Non AC dan Manja AC, harga terpaut separuh jika tidak salah ingat. Tetapi lambat laun, kereta non ac tidak bisa beroperasi, dengar-dengar penghasilan tiket tidak bisa menutup biaya operasional kedua kereta tersebut, sehingga harus merelakan shutdown salah satu kereta, tentunya yang non ac, yang pendapatannya setengah lebih kecil dari pada kereta ac.
Jika memang akan dinaikkan, kapan? Belum lagi pelayanan yang seimbang dengan harga perlu juga dipikirkan. Beberapa kali kami naiki, apalagi ketika balik ke Madiun, sering kami jumpai dan alami, kereta ini manjanya minta ampun, sesuai namanya kali ya. Manja di jalan, suka berhenti tidak pada tempatnya, seperti anak kecil yang tiba-tiba berhenti karena capai berjalan terus minta digendong orang tuanya. Ya, Manja AC sering berhenti lansir di stasiun-stasiun kecil demi mendahulukan kereta api jarak jauh, padahal di tiket tertera kelas bisnis. Belum lagi jika terlambat kedatangannya, waktu yang harusnya terjadwal 3,5 jam sampai di Madiun, bisa menjadi 4 sampai 4,5 jam. Hampir tengah malam.
Kami hanya bisa berharap, moda transportasi ini agar lebih baik lagi, no delay and no lelet, that’s all. Terus kenapa tidak milih transportasi yang lain, bis misalnya. Ah, itu kayanya yang lebih tepat dijawab oleh istri saya yang suka mabok, apalagi naik Sumber Kencono, heuheuheu.
Please follow and like us:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *