20 hari kepulangan bapak, masih serasa seperti bermimpi. Seringkali, menjelang
malam saat menidurkan anak-anak, tangan ini masih menggenggam hape, menanti
telepon bapak menanyakan kabar cucu-cucunya. Atau pagi hari, sebelum ngantor
sekedar mengingatkan untuk berhati-hati, seperti dulu saat masih sekolah. Pun
usapan tangannya yang sejuk, membangunkan di pagi hari saat masuk waktu subuh,
semasa kecil dulu.
Masih jelas gerak jemarinya diantara huruf-huruf ketika mengajariku membaca. Bapak,
guru pertama, guru sejak belajar mengeja, hingga saat akhir hidupnya. Bahkan saat
sudah berpulang, bapak mengajarkan banyak hal. Untuk menjadi sabar, lebih kuat, dan
bersemangat mengingat-Nya.
Kehilangan bapak begitu tiba-tiba, meski kapanpun saatnya akan kurasa belum
waktunya. Sosok bapak tak kan pernah tergantikan. Kekosongan karena kepergiannya
masih terasa baru, sesak dan menyakitkan. Dua puluh tiga tahun lebih, bapak menjadi
pilar dalam hidup, menjadi tumpuan dan tempat bertanya segala hal. Bapak adalah
pengobat segala luka, duka dan kesahku.Senyum dan usapan tangannya selalu
mampu membawa kedamaian, lebih dari pain killer macam apapun. Saat hidup terasa
tidak adil, bapaklah lah yang membuat timbangannya menjadi sebaliknya.Bapakku
yang aku bangga menjadi putrinya.
Bapak yang aku bangga sekali menjadi putrinya, bukan karena kekayaan, kegagahan
atau kedudukan. Bapak, seorang guru, PNS sederhana yang mengajari putra-putri dan
semua orang di sekelilingnya bukan hanya dengan kata,tapi keteladanan. Beliau tak
mengatakan apa yang tak dikerjakannya. Beliau yang membesarkan putra-putrinya
dengan kerja keras dan tetesan keringat, untuk mengajarkan putra-putrinya hal serupa.
Bapak yang kepedihan hati karena kepergiannya pun hanya beliau yang bisa
meredakannya. Senyuman terakhir yang terulas dibibir bapak,sesaat sebelum kafan
ditutupkan, menjadi penyejuk dan penguat hati. Senyum yang dibawanya pulang.
Senyuman damai. Bapak telah selesai dengan ujiannya,meninggalkan yang
mencintainya, kepada yang lebih mencintainya dibanding siapapun.
Selamat berpisah bapakku, guruku, sahabatku… Kurindukan engkau dalam setiap
detiknya.Semoga nanti kita bertemu lagi dalam bahagia. Nantikan aku disana bapak,
hinggaaku selesai dalam ujianku, hingga cukup bekalku untuk menghadap-Nya
menyusulmu.Kusimpan kenangan akan senyum bapak sebagai pengingatnya.
Madiun, 02 Mei 2013
malam saat menidurkan anak-anak, tangan ini masih menggenggam hape, menanti
telepon bapak menanyakan kabar cucu-cucunya. Atau pagi hari, sebelum ngantor
sekedar mengingatkan untuk berhati-hati, seperti dulu saat masih sekolah. Pun
usapan tangannya yang sejuk, membangunkan di pagi hari saat masuk waktu subuh,
semasa kecil dulu.
Masih jelas gerak jemarinya diantara huruf-huruf ketika mengajariku membaca. Bapak,
guru pertama, guru sejak belajar mengeja, hingga saat akhir hidupnya. Bahkan saat
sudah berpulang, bapak mengajarkan banyak hal. Untuk menjadi sabar, lebih kuat, dan
bersemangat mengingat-Nya.
Kehilangan bapak begitu tiba-tiba, meski kapanpun saatnya akan kurasa belum
waktunya. Sosok bapak tak kan pernah tergantikan. Kekosongan karena kepergiannya
masih terasa baru, sesak dan menyakitkan. Dua puluh tiga tahun lebih, bapak menjadi
pilar dalam hidup, menjadi tumpuan dan tempat bertanya segala hal. Bapak adalah
pengobat segala luka, duka dan kesahku.Senyum dan usapan tangannya selalu
mampu membawa kedamaian, lebih dari pain killer macam apapun. Saat hidup terasa
tidak adil, bapaklah lah yang membuat timbangannya menjadi sebaliknya.Bapakku
yang aku bangga menjadi putrinya.
Bapak yang aku bangga sekali menjadi putrinya, bukan karena kekayaan, kegagahan
atau kedudukan. Bapak, seorang guru, PNS sederhana yang mengajari putra-putri dan
semua orang di sekelilingnya bukan hanya dengan kata,tapi keteladanan. Beliau tak
mengatakan apa yang tak dikerjakannya. Beliau yang membesarkan putra-putrinya
dengan kerja keras dan tetesan keringat, untuk mengajarkan putra-putrinya hal serupa.
Bapak yang kepedihan hati karena kepergiannya pun hanya beliau yang bisa
meredakannya. Senyuman terakhir yang terulas dibibir bapak,sesaat sebelum kafan
ditutupkan, menjadi penyejuk dan penguat hati. Senyum yang dibawanya pulang.
Senyuman damai. Bapak telah selesai dengan ujiannya,meninggalkan yang
mencintainya, kepada yang lebih mencintainya dibanding siapapun.
Selamat berpisah bapakku, guruku, sahabatku… Kurindukan engkau dalam setiap
detiknya.Semoga nanti kita bertemu lagi dalam bahagia. Nantikan aku disana bapak,
hinggaaku selesai dalam ujianku, hingga cukup bekalku untuk menghadap-Nya
menyusulmu.Kusimpan kenangan akan senyum bapak sebagai pengingatnya.
Madiun, 02 Mei 2013
https://m.facebook.com/note.php?note_id=10151452163123645&from_feed=1&refid=7&_ft_=qid.5875228778260939791%3Amf_story_key.-5918241568726563377
posted from Bloggeroid
Please follow and like us: